Rabu, 21 Agustus 2013

Sejarah dan Hikmah “ . . . Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka BERFIKIR.” (QS. Al-A’raf : 176)



Situs Gunung PADRANG

Gunung PADRANG merupakan situs peninggalan kebudayaan Bangsa LEMURIA. Bangsa LEMURIA adalah  nenek moyang dari NUSANTARA bahkan merupakan awal dari peradaban yang ada di ARDH GRUMMA (Planet Bumi). PADRANG diambil dari bahasa ZHUNNDA (bahasa LEMURIA)  yang artinya adalah JELAS, tidak ada hal yang tersembunyi. 

Sketsa Situs Gunung PADRANG
Lokasinya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan WarungKondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Pada Gunung PADRANG terdapat jalan untuk naik. Yang pertama adalah INOHONG (jalan menak, priyayi), biasanya jalan pintas, memotong. Yang kedua adalah ONTOHOD (jalan rakyat jelata), jalannya memutar dulu sebelum ke tujuan.

Denah Gunung PADRANG
Secara Geologi umur Gunung PADRANG sekitar 10.900 tahun SM, namun secara Arkeologis usianya bisa jadi luar biasa jauh lebih tua.  Tinggnya minimal 3 kali Candi Borobudur dan luasnya 10 kali luas Candi Borobudur. Gunung PADRANG bukan berfungsi sebagai tempat persembahan para dewa, melainkan sebuah bangunan Piramida yang ditimbun (disembunyikan) yang dahulunya berfungsi sebagai  menara pusat informasi perhitungan ORIGOM dan prediksi bencana alam yang usianya lebih tua dari Kalender Suku Maya. 

Perbandingan Luas dan Tinggi Borobudur dan Gunung PADRANG
Disekitar situs Gunung PADRANG terdapat 4 piramida berbentuk segi empat dengan Gunung PADRANG berada di tengah sebagai pusatnya. Kempat buah piramid tersebut sebenarnya merupakan sebuah pemancar yang mengirimkan sinyal yang terletak ditengahnya sedemikian rupa sehingga  membentuk sebuah piramida, untuk kemudian sinyal itu ditembakkan ditembakkan keatas menuju ke Bintang ORIGOM.


Selain itu dibawah Gunung PADRANG terdapat pasir ORIGOM yang dapat menyerap air, dan dapat merasakan getaran-geteran di dalam bumi, sehingga dapat mendeteksi datangnya bencana. Itulah sebabnya di Gunung PADRANG terdapat anomali magnetik yang sangat besar. Mekanisme untuk pendeteksi bencana adalah air yang mengalir dalam generator yang berada di dalam piramida tersebut ditarik ke atas oleh pasir ORIGOM lalu diolah datanya. Sifat air yang mengalir tidak terputus dan akan terkoneksi dengan seluruh aliran air di ARDH GRUMMA (Planet Bumi). Fungsi air adalah media merambatnya informasi dari seluruh bagian dunia, melalui jaringan aliran sungai bawah tanah. Informasi yang terdapat di air ini kemudian ditransfer ke piramida PADRANG dengan mekanisme pasir ORIGOM. Pasir ORIGOM dikelilingi oleh batuan khusus. Jadi batuan inilah yang dimaksud sebagai generatornya lalu batu yang tersusun seperti bola berfungsi sebagai pemancarnya. Sehingga, bebatuan di kompleks Gunung PADRANG "menyambungkan" badan bumi dengan 'sinyal angkasa" ORIGOM. Gelombangnya seperti tulisan LEMURIAN, yaitu perpaduan antara transversal dan longitudinal yang merupakan pola umum se-jagadraya, yang juga seperti untaian DNA dan karenanya, selaras dengan tubuh manusia.

Pasir ORIGOM
Teknologi ELLEMANPHATERA

Kemudian salah satu yang menarik adalah bahwa susunan bebatuan yang ada di Situs Gunung PADRANG (batu SADA) merupakan bebatuan hasil dari “teknologi metalurgi purba” yang dinamakan ELLEMANPHATERA. ELLEMANPHATERA adalah teknologi peluruh elemen yang bisa melemahkan segala unsur terkeras untuk disatukan dengan unsur yang lain. Supaya elemen-elemen yang ada di Gunung PADRANG tahan lama dan tidak berkarat maka dileburlah batu dan logam Almunium menjadi satu dengan teknologi ini. Peleburan tersebut membutuhkan panas 60 ribu derajat Celcius, dan hanya teknologi nuklirlah yang mampu mencapai panas sejauh itu. Itu berarti bahwa nenek moyang kita sudah mengenal nuklir semenjak puluhan ribu tahun silam. 

Itulah sebabnya di Gunung PADRANG terdapat yang namanya batu SADA, sada artinya bunyi. Jika di pukul maka akan berbunyi karena batu itu mengandung banyak logam yang disusun seperti parabola berfungsi untuk menangkap perubahan atmosfer/alam untuk membaca kalender ORIGOM. Jadi, batu SADA bukan berfungsi sebagai alat musik.

Bebatuan hasil dari Teknologi ELLEMANPHATERA


Teknologi TRALLTHA

Selain teknologi ELLEMANPHATERA, Bangsa LEMURIA juga sudah mengenal yang namanya teknologi TRALLTHA. Teknologi TRALLTHA merupakan teknologi pemotongan dengan menggunakan lima unsur alam seperti air, angin, api, kayu, logam. Caranya adalah dengan memampatkan tekanan, sehingga mempunyai daya potong yang luar biasa ketika dikeluarkan untuk memotong besi, batu, dll. Dengan hasil yang benar-benar rapi dan simetris. Dan jika diperhatikan,  bebatuan di Gunung PADRANG berbentuk sangat rapi dan simetris serta berjumlah banyak. Bahkan ada beberapa yang dilobangi dengan sangat rapi dan akurat untuk dijadikan kaitan. Walaupun sekarang banyak batu yang yang sudah rusak atau diambil oleh masyarakat. 


Teknologi RHABAQALTRA

Di Gunung PADRANG terdapat teknologi RHABAQOLTRA. RHA artinya matahari, BAQO artinya awet, LTRA artinya penyeimbang (khusus) untuk atmosfir ketika ada tentakel matahari. Jadi RHABAQOLTRA  adalah penyeimbang khusus untuk atmosfir ketika ada tentakel matahari supaya awet. Cara kerjanya adalah  dengan  memadatkan atau memperkuat atmosfer sehingga kuat ketika terkena tentakel-tentakel matahari. Suhu bumi otomatis meningkat tajam, itulah sebabnya sering terjadi angin besar dimana-mana, yang fungsinya adalah mendinginkan suhu di bumi.  Jadi RHABAQALTRA berfungsi sebagai radiator alam sehingga efeknya adalah suhu bumi akan menjadi normal. 

Tentakel Matahari


Sejarah dan Hikmah

 “ . . . Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka BERFIKIR.”  (QS. Al-A’raf : 176)

Jika kita "melihat" sejarah jauh ke belakang, maka akan didapati bahwa NUSANTARA yang dulunya merupakan dataran tinggi Benua LEMURIA, adalah bukan hanya leluhur Bangsa Indonesia tetapi juga merupakan leluhur dan awal peradaban dari seluruh bangsa-bangsa yang ada di dunia. Peradaban Bangsa LEMURIA dulunya adalah peradaban yang luar biasa sangat maju dan jauh lebih canggih dari masa kita sekarang. Dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya, Bangsa LEMURIA mengajarkan dan menyebarkan ilmunya tersebut ke seluruh dunia dibantu oleh yang namanya Bangsa ATHLANT (Atlantis). 

Akan tetapi akhirnya Bangsa ATHLANT ini memisahkan diri dari Bangsa LEMURIA dengan membuat sempalan dan mereka pindah ke sebuah benua ditengah lautan Atlantik dan diberi nama Benua ATLANTIS. Sejak itu pula Bangsa ATHLANT bermusuhan dengan Bangsa LEMURIA. Bangsa ATHLANT tidak mau kalah dengan Bangsa LEMURIA, sehingga terjadi peperangan besar yang mengakibatkan tenggelamnya Benua ATLANTIS dan Benua LEMURIA yang diakibatkan ledakan ROD yang menghancurkan kaki-kaki benua. Benua ATLANTIS pun musnah tenggelam. Bangsa LEMURIA pun "hijrah" ke planet LEMURIA di gugusan ORKANDAR. Sementara itu sisa Benua LEMURIA yang sekarang dinamakan NUSANTARA diklaim oleh Bangsa ATHLANT sebagai miliknya. Semua peninggalan Bangsa LEMURIA dihapuskan sedemikian rupa dengan cara dirusak, dan disembunyikan sehingga sekarang kebanyakan dari kita sebagai Bangsa Indonesia tidak mengetahui siapa sebenarnya nenek moyang kita dan jati diri kita yang sebenarnya.

Mereka yang menang peranglah yang berhak menulis sejarah. Bangsa ATHLAT pun selain memusnahkan peradaban Bangsa LEMURIA, mereka juga menjejali seluruh umat dengan berbagai macam sejarah-sejarah palsu dengan memutarbalikkan sejarah ada. Contohnya dengan menanamkan doktrin selama berabad-abad bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera yang berevolusi. Kemudian juga dipahamkan juga bahwa peradaban masa lalu adalah peradaban yang sangat primitif. 

Gunung PADRANG adalah salah satu hasil kebudayaan Bangsa LEMURIA yang telah dirusak dan disembunyikan oleh Bangsa ATHLANT. Tujuannya adalah supaya kita dan masyarakat dunia menjadi bodoh dan tidak tahu bahwa peradaban masa lalu adalah peradaban yang jauh lebih canggih dari sekarang. Namun jika "misteri" Gunung PADRANG ini terkuak maka akan banyak sekali yang berubah yaitu dari sisi geologi, arkeologi dan terutama sejarah. Dari fakta arkeologi dan geologi kita akan bisa mengetahui bagaimana sejarah peradaban manusia yang sebenarnya. Terlebih lagi kita akan mengetahui siapa jati diri kita yang sebenarnya. 
"Gunung Padang ini  akan menjadi tonggak dan moment penting untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kebudayaan" - Prof. Dr. Bambang Wibawarta, Dekan FIB UI -


Gunung PADRANG lahir dari kearifan dan keunggulan masyarakat Nusantara dan kita adalah seorang anak bangsa yang telah mendapatkan sebuah warisan budaya yang tak ternilai. Jati diri bangsa. Maka dengan demikian sebetulnya Gunung PADRANG adalah sebuah hadiah dari masa lampau dan untuk itu mari kita lestarikan keberadaanny.